Situ Bagendit merupakan sebuah danau yang terletak di Kabupaten Garut tepatnya di Kecamatan Banyuresmi. Situ adalah bahasa sunda dari kata danau sedangkan Bagendit diambil dari nama Nyai Endit yang merupakan bagian dari legenda terbentuknya danau tersebut.
Situ Bagendit sendiri begitu terkenal di Negeri ini karena ceritanya yang sangat melegenda tersebut dan terus diceritakan sebagai cerita rakyat maupun dongeng untuk anak-anak, karena ceritanya mengandung pesan moral yang baik.
Legenda Terbentuknya Situ Bagendit
Dahulu kala di daerah Garut Jawa Barat, terdapat sebuah desa yang memiliki tanah sangat subur. Hampir semua penduduk di desa ini berprofesi sebagai petani. Para petani disini tidak pernah mengalami kesulitan selama bertani karena tanah di desa ini benar-benar subur dan tidak pernah kekurangan air. Pasokan air di desa ini sangat melimpah sehingga para petani pun tidak pernah kesulitan meskipun menghadapi musim kemarau panjang.
Dengan tersedianya sumber daya alam yang sangat melimpah ini tidak sebanding dengan kehidupan sosial masyarakat di desa ini. Keadaan ekonomi mereka sangat buruk meskipun harus bekerja setiap hari. Hal ini disebabkan oleh ulah seorang tengkulak yang sangat serakah di desa tersebut yang bernama Nyai Endit.
Nyai Endit adalah janda yang sangat kaya raya, tak ada satu pun yang dapat menyaingi bahkan mendekati kekayaan yang dimilikinya. Kekayaan Nyai Endit ini didapatkannya dari warisan suaminya yang sudah meninggal. Semua petani di desa itu sangat takut dan tunduk pada Nyai Endit karena dia mempunyai banyak centeng yang sangat setia kepadanya. Para centeng-centeng Nyai Endit semuanya memiliki tubuh yang sangat kekar dan sering menindas orang-orang lemah.
Seluruh padi hasil panen petani di desa tersebut wajib dijual kepada Nyai Endit dengan harga yang sangat murah. Para petani ini terpaksa harus menjual murah seluruh hasil panen mereka karena takut dengan para centeng dari Nyai Endit.
Nyai Endit memiliki lumbung padi yang sangat luas sehingga mampu menampung seluruh hasil panen dari petani di desa itu. Dia pun menjual kembali beras kepada penduduk setempat dengan harga yang berkali-kali lipat. Kondisi ini membuat harta Nyai Endit semakin hari semakin bertambah banyak sementara para penduduk setempat semakin melarat.
Dengan harta yang melimpah dan sering bertambah, Nyai Endit pun hidup dengan penuh kemewahan. Dia sangat mencintai semua harta yang dimilikinya itu. Bahkan dia bisa menikmati hidangan makanan-makanan mewah disaat orang-orang disekitarnya sedang menderita kelaparan, tidak sepeserpun hartanya dia berikan untuk menolong para fakir miskin walaupun sudah bermohon-mohon kepadanya.
Para petani yang tidak berdaya, hanya bisa pasrah dengan kelakuan Nyai Endit yang terus menyengsarakan mereka. Dalam kelaparan dan penderitaan yang terus dialami, merekapun hanya bisa berdoa supaya Nyai Endit mendapatkan balasan atas apa yang telah dia perbuat.
Suatu hari Nyai Endit mengadakan acara di rumahnya sebagai perayaan atas hartanya yang bertrambah banyak. Dia pun memamerkan harta dan perhiasan miliknya kepada para tamu dan warga sekitar yang hadir. Ditengah kegembiraan Nyai Endit, tiba-tiba datanglah seorang kakek dengan pakaian yang sangat kusut dan kotor sambil memegang sebuah tongkat sebagai tumpuannya. Kakek itu menghampiri Nyai Endit yang sedang sibuk memamerkan kekayaannya, dia memohon agar diberikan sedikit makanan karena kelaparan.
Nyai Endit yang sangat pelit langsung membentak kakek tersebut dan mengusirnya dengan kata-kata kasar. Meski telah menerima perlakuan kasar dari Nyai Endit dihadapan orang banyak, kakek itu tetap tidak beranjak pergi dan terus bermohon kepada Nyai Endit untuk diberikan makanan walau hanya sedikit. Kakek itu mengakui kalau dirinya sangat kelaparan karena sudah berhari-hari belum makan. Melihat kakek tersebut yang terus bermohon kepada dirinya, Nyai Endit pun semakin marah dan memerintahkan para centeng-centengnya untuk menyeret kakek tersebut keluar dari rumahnya. Dengan segera para centeng itu pun langsung melaksanakan perintah Nyai Endit, mereka menyeret kakek tersebut dengan paksa hingga keluar dari rumah Nyai Endit.
Lenyapnya Kekayaan Nyai Endit
Esok harinya, Nyai Endit mendapati sebuah tongkat yang tertancap tepat di depan halaman rumahnya. Dia berusaha mencabut tongkat tersebut dengan sekuat tenaga namun tidak berhasil. Nyai Endit pun segera memerintahkan centeng-centengnya untuk mencabut tongkat itu dari tanah, mereka pun tidak mampu mencabutnya meski telah mengerahkan seluruh tenaga. Seluruh warga pun dikumpulkan untuk mencabut tongkat tersebut namun tak ada satu pun yang bisa melakukannya meskipun sudah dicoba beramai-ramai.
Tak lama kemudian seorang kakek yang pernah diusir Nyai Endit datang lagi. Kedatangannya kali ini bukan untuk meminta makanan kepada Nyai Endit, melainkan dia ingin mengambil tongkatnya yang ketinggalan di depan rumah Nyai Endit. Tongkat yang tertancap di tanah dengan sangat kuat hingga tak ada satu pun orang yang bisa mencabutnya itu ternyata adalah milik kakek tersebut. Dengan mudahnya kakek itu mencabut tongkatnya sehingga membuat semua orang terkejut. Dan tidak hanya itu, dari tempat tongkat itu tertancap keluar air yang begitu deras dan dengan cepatnya mengalir ke sekitar tempat tersebut. Semua warga panik dan langsung berlarian karena semakin lama air itu semakin bertambah deras hingga membanjiri desa.
Semua penduduk desa segera pergi menyelamatkan diri, mereka meninggalkan desa itu dan mencari tempat yang aman untuk mengungsi. Sementara itu Nyai Endit malah sibuk menyelamatkan harta bendanya yang begitu banyak, dia begitu kesulitan karena sudah tak ada satu pun orang di desa tersebut yang bisa menolongnya, centeng-centengnya pun sudah lari menyelamatkan diri dari terjangan banjir yang semakin lama semakin bertambah tinggi. Di tengah terjangan banjir yang makin ganas, Nyai Endit berteriak minta tolong namun sia-sia karena di desa tersebut hanya tinggal dia seorang.
Nyai Endit pun tenggelam bersama seluruh harta bendanya di desa tersebut. Dalam waktu singkat desa itu tenggelam dan menjadi sebuah danau yang akhirnya diberi nama Situ Bagendit.
Pesan Moral
Dari cerita terbentuknya Situ Bagendit ini dapat diambil sebuah pelajaran berharga untuk saling menghargai satu sama lain serta menjauhi perilaku semena-mena kepada orang di sekitar dan serakah terhadap harta benda yang dimiliki karena akan mengundang malapetaka di kemudian hari.